Ketegangan Memuncak Menjelang Hari Besar Umat Muslim
Dini hari menjelang Iduladha, langit Beirut bagian selatan kembali diterangi cahaya ledakan. Israel meluncurkan serangkaian serangan udara ke wilayah yang diyakini sebagai basis kelompok Hizbullah. Serangan ini menambah daftar panjang eskalasi militer di kawasan Timur Tengah yang selama beberapa bulan terakhir terus mengalami lonjakan ketegangan.
Serangan tersebut terjadi hanya beberapa jam sebelum umat Muslim di Lebanon bersiap menyambut salah satu hari besar keagamaannya. Ketika semangat damai dan pengorbanan seharusnya menjadi nuansa dominan, dentuman rudal justru menjadi latar suara menyedihkan yang menyelimuti malam suci itu.

Kronologi Serangan
Awal Serangan
Menurut laporan berbagai media internasional dan otoritas setempat, serangan dimulai sekitar pukul 02.15 waktu setempat. Jet-jet tempur Israel terdengar mengitari langit Beirut sebelum akhirnya melepaskan rudal ke kawasan Dahiyeh—sebuah wilayah padat penduduk yang dikenal sebagai kubu Hizbullah.
Sasaran Serangan
Beberapa bangunan dilaporkan hancur akibat serangan tersebut. Tentara Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan fasilitas komunikasi dan gudang senjata milik Hizbullah. Namun, warga sipil menjadi korban tidak langsung dari serangan itu, dengan laporan luka-luka dan evakuasi darurat dari wilayah padat hunian.
Respons Pertahanan Lebanon
Militer Lebanon tidak melakukan perlawanan aktif karena keterbatasan sistem pertahanan udara. Namun, Hizbullah dilaporkan menembakkan sejumlah roket balasan ke wilayah perbatasan Israel sebagai bentuk respons awal. Hingga saat ini, belum ada laporan pasti mengenai korban jiwa di kedua belah pihak.
Reaksi Masyarakat dan Internasional
Ketakutan dan Kekacauan
Warga Beirut yang baru saja menjalani masa sulit akibat krisis ekonomi dan ledakan pelabuhan beberapa tahun lalu kini kembali didera ketakutan. Banyak keluarga yang sudah menyiapkan perayaan Iduladha harus kembali masuk ke bunker dan ruang perlindungan bawah tanah.
“Kami tidak tahu apakah besok kami bisa salat Id di masjid atau di ruang bawah tanah,” ujar seorang warga setempat.
Kecaman dari Negara-negara Muslim
Serangan ini segera memicu reaksi keras dari negara-negara Muslim. Turki, Iran, dan Indonesia mengeluarkan pernyataan mengecam tindakan Israel dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil langkah tegas.
Presiden Indonesia dalam pernyataan resminya mengatakan, “Menyerang saat malam Iduladha adalah bentuk pelanggaran nilai kemanusiaan dan kebebasan beragama.”

Situasi Politik di Balik Serangan
Koneksi dengan Konflik Gaza
Pengamat Timur Tengah menilai bahwa serangan ini adalah bagian dari strategi militer Israel untuk memberikan tekanan di berbagai front. Selain konflik yang masih berlangsung di Gaza, ketegangan di Lebanon dianggap sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dan memperlemah Hizbullah yang diduga memberi dukungan logistik kepada Hamas.
Pemilu dan Dinamika Politik Israel
Beberapa analis politik menyebut bahwa tindakan ini juga bisa dipahami dalam konteks dinamika politik dalam negeri Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tengah menghadapi tekanan besar dari oposisi dan publik terkait kebijakan keamanan nasionalnya. Langkah ofensif ini dipandang sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dan menunjukkan ketegasan dalam menjaga keamanan negara.
Dampak Kemanusiaan dan Ekonomi
Warga Sipil Terdampak
Laporan dari Palang Merah Lebanon menyebutkan bahwa sedikitnya 27 orang mengalami luka-luka ringan hingga serius. Rumah sakit-rumah sakit utama di Beirut beroperasi dalam mode darurat. Beberapa anak-anak dilaporkan mengalami trauma akibat suara ledakan dan guncangan yang terjadi.
Infrastruktur Rusak
Kerusakan infrastruktur menjadi salah satu masalah krusial pasca serangan. Saluran air, listrik, dan akses jalan di beberapa kawasan selatan Beirut terganggu. Hal ini memperparah kondisi kehidupan warga yang sebelumnya sudah dihimpit krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan.
Kegiatan Ekonomi Lumpuh
Kegiatan pasar dan perdagangan menjelang Iduladha lumpuh total. Banyak toko dan tempat usaha yang tutup karena takut akan serangan susulan. Ini menjadi pukulan besar bagi warga yang berharap bisa memanfaatkan momentum Iduladha untuk meningkatkan pendapatan.
Tanggapan dari Hizbullah
Pernyataan Resmi
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam pidato singkatnya menyebutkan bahwa Israel telah “menodai malam suci” dan berjanji akan memberikan balasan setimpal. “Kami tidak akan membiarkan darah warga kami tumpah tanpa harga,” ujarnya.
Potensi Eskalasi
Tanggapan tegas dari Hizbullah membuka kemungkinan eskalasi konflik yang lebih besar. Jika balasan dilakukan dalam skala besar, maka kawasan perbatasan Israel-Lebanon akan kembali menjadi medan pertempuran, bahkan bisa memicu perang terbuka seperti yang terjadi pada tahun 2006.
Peran PBB dan Komunitas Internasional
Desakan untuk Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyuarakan keprihatinannya dan meminta semua pihak menahan diri. “Hari suci harus menjadi waktu untuk perdamaian, bukan konflik,” ujarnya dalam pernyataan resmi. Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan akan menggelar sidang darurat untuk membahas perkembangan ini.
Upaya Mediasi
Qatar dan Mesir disebut-sebut telah mulai melakukan pendekatan mediasi, menghubungi pihak Israel dan Hizbullah secara tertutup untuk menurunkan tensi dan mencegah serangan lanjutan.
Dampak terhadap Perayaan Iduladha
Pembatalan Salat Id di Beberapa Wilayah
Beberapa masjid utama di Beirut memutuskan untuk tidak menyelenggarakan salat Id secara berjamaah karena alasan keamanan. Umat diminta melakukan ibadah di rumah masing-masing atau tempat yang dianggap aman.
Distribusi Daging Kurban Terganggu
Organisasi kemanusiaan yang biasa menyalurkan daging kurban ke wilayah-wilayah miskin juga terganggu. Banyak jalur distribusi yang tak bisa dilewati karena blokade dan kerusakan infrastruktur.
Kehilangan Makna Spiritual
Sejumlah tokoh agama menyampaikan keprihatinan bahwa makna spiritual Iduladha dirampas oleh ketakutan dan kehancuran. “Kami berkurban untuk Tuhan, tapi Tuhan mengajarkan kedamaian. Bukan ledakan dan perang,” kata Syekh Ali Fadlallah dalam khutbah singkat menjelang Iduladha.
Kesimpulan
Serangan Israel ke Beirut selatan menjelang Iduladha menjadi salah satu insiden tragis yang menandai betapa rapuhnya situasi di Timur Tengah. Di tengah upaya umat Muslim menjalankan ibadah dan menyambut hari suci, kekerasan justru kembali merebak dan menyisakan luka baru.
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah yang terus meningkat juga memberi sinyal bahwa kawasan ini masih jauh dari stabilitas. Ketika dunia internasional menggaungkan pesan damai dan solidaritas, suara bom dan roket di langit Beirut menjadi pengingat bahwa jalan menuju perdamaian masih panjang dan berliku.
Ke depan, peran diplomasi dan solidaritas internasional menjadi krusial dalam mengurai konflik yang kian kompleks ini. Jika tidak, setiap malam suci seperti Iduladha akan terus dihantui ketakutan, bukan kedamaian.